Inilah3 kumpulan puisi karya Chairil Anwar paling populer dan dapat mengispirasi kamu menginspirasi. 1. Aku Aku Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Adaberbagai bentuk karya sastra, salah satunya yaitu puisi dapat dikaji dari beberapa aspek baik aspek fisik maupun batin, aspek fisik puisi meliputi diksi, imaji, kata konkret, bahasa f iguratif, verifikasi dan tata waja h. Adapun aspek batinnya meliputi tema, nada, rasa dan amanat. Semua kajian itu dilakukan hanya untuk mengetahui sejauh mana karya sastra dinikmati oleh pembaca. CerpenUmar Said. Lelaki itu duduk di teras. Ia meregangkan tubuhnya sambil memandang ke arah taman. Seksama diperhatikannya pot demi pot dengan bermacam jenis bunga. Hening. Derap langkah mendekatinya. Gadis itu langsung duduk saja di sebelah si lelaki. Matanya ikut melihat taman. Lalu ia memecah keheningan dengan membuka kata. Serbu Serang. Terjang. Februari, 1943. Puisi: Diponegoro. Karya: Chairil Anwar. Biodata Chairil Anwar: Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922. Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun). CHAIRILANWAR (26 Juli 1922 - 28 April 1949) adalah penyair Indonesia yang dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku). Dia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan puisinya yang berjudul Nisan pada tahun 1942. Saat itu ia baru Dari75 sajak asli dan 2 sajak saduran karya Chairil Anwar di dalam buku "Aku Ini Binatang Jalang" pilihan dijatuhkan pada karyanya yang ditulis BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Volume 9 Nomor 2, Oktober 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765 213 pada tahun 1949 berjudul Derai-Derai Cemara sebab dinilai mampu menyoroti 67Akyu. Puisi Chairil Anwar – Selamat datang kembali di web ekspektasia. Siapa sih yang tidak kenal Chairil Anwar? Seorang penyair besar yang dimiliki Indonesia. Banyak sekali karyanya yang hingga saat ini masih sangat yang paling terkenal yang pernah dibuat oleh Chairil Anwar yaitu sebuah puisi yang berjudul “AKU”. Bahkan dari puisi ini dia dijuluki dengan nama “Si Binatang Jalang”.Chairil Anwar sendiri membuat puisi dengan berbagai objek, seperti puisi cinta, puisi sahabat, puisi ibu, puisi sindiran kepada pejabat, dan lain kita bisa mengenal dan mengenang semua karyanya, maka berikut ini kami sajikan kumpulan puisi karya Chairil Chairil Anwar adalah salah seorang penyair Indonesia yang berasa dari Medan. Tulisannya yang dimuat di Majalah Nisan pada tahun 1942 membuat dirinya mulai terkenal di dalam dunia sastra. Kemudian berkat karyanya yang berjudul “AKU”, Chairil Anwar ini dikenal sebagai “Si Binatang Jalang”.Karya yang pernah Ia tulis yaitu sebanyak 94 karya yang dimana 70 di antaranya merupakan puisi. Kemudian oleh Jassin, Chairil Anwar bersama dengan Asrul Sani dan Rivai Apin dinobatkan sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern ini detail biodata Chairil Anwar yang bersumber dari Wikipedia,Nama Lengkap Chairil Anwar Tanggal Lahir 26 Juli 1922 Tempat Lahir Medan, Indonesia Pekerjaan Penyair Kebangsaan Indonesia Orang tua Ayah – Toeloes dan Ibu – SalehaChairil Anwar adalah seorang anak tunggal dari ayah Toeloes dan Ibu Saleha yang selalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya tersebut. Ia lahir dan dibesarkan di Medan, teman akrabnya waktu kecil yang juga sangat mengesankan dalam hidupnya yaitu neneknya yang merupakan tempat Ia belajar yaitu di sekolah dasar dengan nama Hollandsch-Inlandsche School HIS. Setelah lulus, kemudian melanjutkan sekolahnya ke sekolah menengah pertama di Meer uitgebreid Lager Onderwijs MULO, namun Ia keluar sebelum keluar dari sekolah MULO, Ia memanfaatkan waktunya untuk membaca karya-karya pengarang Internasional. Pada saat usia remaja, barulah Ia mulai menulis puisi, namun tidak ada satupun puisi yang sesuai dengan tahun 1940 dimana usianya pada saat itu yaitu 19 tahun, ia pindah ke Jakarta bersama ibunya, dan dari sinilah dia mulai serius berkecimpung di dunia sastra, sehingga pada tahun 1942 terbitlah puisi nama Chairil Anwar pun terkenal semenjak karya yang ia tulis di muat di “Majalah Nisan” pada tahun 1942. Salah satu puisinya yang kita kenal dan sering dideklarasikan yaitu puisi Chairil Anwar berjudul “AKU” Aku mau hidup seribu tahun lagi.Selain menulis puisi, ia juga menjadi penerjemah karya sastra asing ke dalam bahasa Anwar sudah terkenal secara internasional, berikut iini merupakan karya-karya yang membahasa tentang Chairil AnwarChairil Anwar memperingati hari 28 April 1949, diselenggarakan oleh Bagian Kesenian Djawatan Kebudajaan, Kementerian Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan Djakarta, 1953.Boen S. Oemarjati, “Chairil Anwar The Poet and his Language” Den Haag Martinus Nijhoff, 1972.Abdul Kadir Bakar, “Sekelumit pembicaraan tentang penyair Chairil Anwar” Ujung Pandang Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Sastra, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, 1974. Nababan, “A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar” New York, 1976.Arief Budiman, “Chairil Anwar Sebuah Pertemuan” Jakarta Pustaka Jaya, 1976.Robin Anne Ross, Some Prominent Themes in the Poetry of Chairil Anwar, Auckland, Jassin, “Chairil Anwar, pelopor Angkatan ’45, disertai kumpulan hasil tulisannya”, Jakarta Gunung Agung, 1983.Husain Junus, “Gaya bahasa Chairil Anwar” Manado Universitas Sam Ratulangi, 1984.Rachmat Djoko Pradopo, “Bahasa puisi penyair utama sastra Indonesia modern” Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985.Sjumandjaya, “Aku berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair Chairil Anwar Jakarta Grafitipers, 1987.Pamusuk Eneste, “Mengenal Chairil Anwar” Jakarta Obor, 1995.Zaenal Hakim, “Edisi kritis puisi Chairil Anwar” Jakarta Dian Rakyat, 1996.Drama Pengadilan Sastra Chairil Anwar karya Eko Tunas, sutradara Joshua Igho, di Gedung Kesenian Kota Tegal 2006.AKUKalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih perih Dan akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagiPuisi Chairil Anwar Karawang BekasiKARAWANG BEKASIKami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi. Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawaKami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakanAtau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkataKami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung SjahrirKami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impianKenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi1957Puisi Chairil Anwar Tentang Cinta – Cintaku Jauh Di PulauCintaku jauh di pulauCintaku jauh di pulau Gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanyaDi air yang tenang, di angin mendayu di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama kan merapuh Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!Manisku jauh di pulau, kalau ku mati, dia mati iseng Chairil Anwar DiponegoroDiponegoroDi masa pembangunan ini tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa Chairil Anwar DoaDOAKepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamuBiar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruhCahaya Mu panas suci Tinggal kerdip lilin di kelam sunyiTuhanku Aku hilang bentuk remukTuhanku Aku mengembara di negeri asingTuhanku Di pintu Mu aku bisa mengetuk Aku tidak bisa berpalingPuisi Chairil Anwar Tentang Persahabatan – Kepada KawanKepada KawanSebelum ajal mendekat dan mengkhianat, mencengkam dari belakang tika kita tidak melihat, selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa, belum bertugas kecewa dan gentar belum ada, tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam, layar merah berkibar hilang dalam kelam, kawan, mari kita putuskan kini di sini Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu, Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Jangan tambatkan pada siang dan malam Dan Hancurkan lagi apa yang kau perbuat, Hilang sonder pusaka, sonder kerabat. Tidak minta ampun atas segala dosa, Tidak memberi pamit pada siapa saja! Jadi mari kita putuskan sekali lagi Ajal yang menarik kita, kan merasa angkasa sepi, Sekali lagi kawan, sebaris lagi Tikamkan pedangmu hingga ke hulu Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!Puisi Chairil Anwar Tentang Persahabatan – Kawanku Dan AkuKawanku dan AkuKami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat Siapa berkata-kata? Kawanku hanya rangka saja Karena dera mengelucak tenagaDia bertanya jam berapa?Sudah larut sekali Hilang tenggelam segala makna Dan gerak tak punya artiPuisi Chairil Anwar – 19431943Racun berada di reguk pertama Membusuk rabu terasa di dada Tenggelam darah dalam nanah Malam kelam-membelam Jalan kaku-lurus. Putus Candu. Tumbang Tanganku menadah patah Luluh Terbenam Hilang Lumpuh. Lahir Tegak Berderak Rubuh Runtuh Mengaum. Mengguruh Menentang. Menyerang Kuning Merah Hitam Kering Tandas Rata Rata Rata Dunia Kau Aku Chairil Anwar – AjakanAjakanIda Menembus sudah caya Udara tebal kabut Kaca hitam lumut Pecah pencar sekarang Di ruang lengang lapang Mari ria lagi Tujuh belas tahun kembali Bersepeda sama gandengan Kita jalani ini jalanRia bahgia Tak acuh apa-apa Gembira-girang Biar hujan datang Kita mandi-basahkan diri Tahu pasti sebentar kering 1943Puisi Chairil Anwar – Aku Berada KembaliAku Berada KembaliAku berada kembali. Banyak yang asing air mengalir tukar warna, kapal-kapal, elang-elang Serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain; rasa laut telah berubah dan kupunya wajah juga disinari matari lain. Hanya Kelengangan tinggal tetap saja. Lebih lengang aku di kelak-kelok jalan; lebih lengang pula ketika berada antara yang mengharap dan yang kiri masih terpaling ditarik gelisah yang sebentar-sebentar seterang Chairil Anwar – Aku Berkisar Antara MerekaAku Berkisar Antara MerekaAku berkisar antara mereka sejak terpaksa Bertukar rupa di pinggir jalan, aku pakai mata mereka pergi ikut mengunjungi gelanggang bersenda kenyataan-kenyataan yang didapatnya. bioskop Capitol putar film Amerika, lagu-lagu baru irama mereka berdansa Kami pulang tidak kena apa-apa Sungguhpun Ajal macam rupa jadi tetangga Terkumpul di halte, kami tunggu trem dari kota Yang bergerak di malam hari sebagai gigi masa. Kami, timpang dan pincang, negatip dalam janji juga Sendarkan tulang belulang pada lampu jalan saja, Sedang tahun gempita terus berkata. Hujan menimpa. Kami tunggu trem dari kota. Ah hati mati dalam malam ada doa Bagi yang baca tulisan tanganku dalam cinta mereka Semoga segala sypilis dan segala kusta Sedikit lagi bertambah cerita bom atom pula Ini buktikan tanda kedaulatan kami bersama Terimalah duniaku antara yang menyaksikan bisa Kualami kelam malam dan mereka dalam diriku Chairil Anwar – “BETINA”-NYA AFFANDIBetina-nya AffandiBetina, jika di barat nanti menjadi gelap turut tenggelam sama sekali juga yang mengendap, di mukamu tinggal bermain Hidup dan Mati. Matamu menentang – sebentar dulu! – Kau tidak gamang, hidup kau sintuh, kau cumbu, sekarang senja gosong, tinggal abu… Dalam tubuhmu ramping masih berkejaran Perempuan dan Laki1946Puisi Chairil Anwar – Buat Album Album gadis lagi menyanyi Lagu derita di pantai yang jauh, Kelasi bersendiri di laut biru, dari Mereka yang sudah lupa bersuka. Suaranya pergi terus meninggi, Kami yang mendengar melihat senja Mencium belai si gadis dari pipi Dan gaun putihnya sebagian dari mimpi. Kami rasa bahagia kan tiba. Kelasi mendapat dekapan di pelabuhan Dan di negeri kelabu yang berhiba Penduduknya bersinar lagi, dapat merdu! apa mengertikah adikku kecil yang menangis mengiris hati Bahwa pelarian akan terus tinggal terpencil, Juga di negeri jauh itu surya tidak kembali?1946Puisi Chairil Anwar – Buat Gadis Rasid Buat Gadis RasidAntara daun-daun hijau padang lapang dan terang anak-anak kecil tidak bersalah, baru bisa lari-larian burung-burung merdu hujan segar dan menyebar bangsa muda menjadi, baru bisa bilang “aku” Dan angin tajam kering, tanah semata gersang pasir bangkit mentanduskan, daerah dikosongi Kita terapit, cintaku – mengecil diri, kadang bisa mengisar setapak Mari kita lepas, kita lepas jiwa mencari jadi merpati Terbang mengenali gurun, sonder ketemu, sonder mendarat – the only possible non-stop flight Tidak Chairil Anwar – Buat Nyonya Nyonya terlampau puncak pada tahun yang lalu, dan kini dia turun ke rendahan datar. Tiba di puncak dan dia sungguh tidak tahu, Burung-burung asing bermain keliling kepalanya dan buah-buah hutan ganjil mencap warna pada jalan dia terkenang akan jadi satu Atas puncak tinggi sendiri berjubah angin, dunia di bawah dan lebih dekat kematian Tapi hawa tinggal hampa, tiba di puncak dia sungguh tiada tahuJalan yang dulu tidak akan dia tempuh lagi, Selanjutnya tidak ada burung-burung asing, buah- buah pandan ganjilTurun terus. Sepi. Datar-lebar-tidak bertepi1949Puisi Chairil Anwar – Catetan Th. 1946Catetan Th. 1946Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai, Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut, Dan suara yang kucintai kan berhenti membelai. Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut. Kita -anjing diburu- hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang Tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat. Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu; Kita memburu arti atau disertakan kepada anak lahir sempat. Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah, Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah!1946Puisi Chairil Anwar – CeritaCeritakepada Darmawidjaja Di pasar baru mereka Lalu mengada-menggaya. Mengikat sudah kesal Tak tahu apa dibuatJiwa satu teman lucu Dalam hidup, dalam diselimuti tebal Sama segala kadang pula dapat Ini renggang terus Juni 1943Puisi Chairil Anwar – Cerita Buat Dien TamaelaBerita Buat Dien TamaelaBeta Pattiradjawane Yang dijaga datu-datu Cuma Pattiradjawane Kikisan laut Berdarah Pattiradjawane Ketika lahir dibawakan Datu dayung pattiradjawane, menjaga hutan pala. Beta api di pantai. Siapa mendekat Tiga kali menyebut beta punya sunyi malam ganggang menari Menurut beta punya tifa, Pohon pala, badan perawan jadi Hidup sampai pagi menari! mari beria! mari berlupa!Awas jangan bikin beta marah Beta bikin pala mati, gadis kaku beta kurim datu-datu!Beta ada di malam, ada di siang Irama ganggang dan api membakar pulau…Beta Pattiradjawane Yang dijaga datu-datu Cuma Chairil Anwar Tentang IbuIBUPernah aku ditegur Katanya untuk kebaikan Pernah aku dimarah Katanya membaiki kelemahan Pernah aku diminta membantu Katanya supaya aku pandai Ibu….. Pernah aku merajuk Katanya aku manja Pernah aku melawan Katanya aku degil Pernah aku menangis Katanya aku lemahIbu…..Setiap kali aku tersilap Dia hukum aku dengan nasihat Setiap kali aku kecewa Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat Setiap kali aku dalam kesakitan Dia ubati dengan penawar dan semangat Dan Bila aku mencapai kejayaan Dia kata bersyukurlah pada TuhanNamun….. Tidak pernah aku lihat air mata dukamu Mengalir di pipimu Begitu kuatnya dirimu….Ibu….Aku sayang padamu….. Tuhanku…. Aku bermohon padaMu Sejahterakanlah dia Selamanya…..Puisi Chairil Anwar Deru Campur Debu – TAK SEPADANTak SepadanAku kira Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros Dikutuk-sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta Tak satu juga pintu terbukaJadi baik juga kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak kan apa-apa Aku terpanggang tinggal rangkaFebruari 1943Puisi Chairil Anwar Deru Campur Debu – Senja di Pelabuhan KecilSenja di Pelabuhan Kecil Buat Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa Chairil Anwar Deru Campur Debu – Cintaku Jauh di PulauCintaku Jauh di Pulau Cintaku jauh di pulau Gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanya Di air yang tenang, di angin mendayu di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja. ”Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama kan merapuh Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!Manisku jauh di pulau, kalau ku mati, dia mati iseng Chairil Anwar Deru Campur Debu – Sebuah KamarSebuah Kamar Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. “Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu!” Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada d luar hitungan Kamar begini 3 x 4, terlalu sempit buat meniup nyawa!Puisi Chairil Anwar Deru Campur Debu – HampaHampaKepada Sri Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai di puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti Sepi Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. Puisi Chairil Anwar Deru Campur Debu – Prajurit Jaga Malam Prajurit Jaga Malam Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu? Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini Aku suka pada mereka yang berani hidup Aku suka pada mereka yang masuk menemu malamMalam yang berwangi mimpi, terlucut debu Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!Puisi Chairil Anwar Deru Campur Debu – Yang Terampas dan Yang PutusYang Terampas dan Yang Putus Kelam dan angin lalu mempesiang diriku, Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin, Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu Di Karet, di Karet daerahku sampai juga deru dingin Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu Chairil Anwar Deru Campur Debu – Rumahku RumahkuRumahku dari unggun-timbun sajakKaca jernih dari luar segala nampak Kulari dari gedong lebar halaman Aku tersesat tak dapat jalan Kemah kudirikan ketika senjakala Di pagi terbang entah ke mana Rumahku dari unggun-timbun sajak Di sini aku berbini dan beranak Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang Aku tidak lagi meraih petang Biar berleleran kata manis madu Jika menagih yang satu27 april 1943 Puisi Chairil Anwar Deru Campur Debu – Persetujuan Dengan Bung Karno Persetujuan dengan Bung Karno Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji Aku sudah cukup lama dengan bicaramu dipanggang diatas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945 Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu Aku sekarang api aku sekarang laut Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh Puisi Chairil Anwar Deru Campur Debu – Sajak Putih Sajak Putih Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh akuHidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah…1944Puisi Chairil Anwar – Dalam Kereta Dalam KeretaDalam kereta. Hujan menebal jendela Semarang, Solo…, makin dekat saja Menangkup senja. Menguak purnama. Caya menyayat mulut dan mata. Menjengking kereta. Menjengking jiwa, Sayatan terus ke dada15 Maret 1944Puisi Chairil Anwar – DendamDendamBerdiri tersentak Dari mimpi aku bengis dielak Aku tegak Bulan bersinar sedikit tak nampak Tangan meraba ke bawah bantalku Keris berkarat kugenggam di hulu Bulan bersinar sedikit tak nampakAku mencari Mendadak mati kuhendak berbekas di jariAku mencari Diri tercerai dari hatiBulan bersinar sedikit tak tampak13 Juli 1943Puisi Chairil Anwar – Derai-derai Cemara Derai-derai Cemaracemara menderai sampai jauh terasa hari akan jadi malam ada beberapa dahan di tingkap merapuh dipukul angin yang terpendamaku sekarang orangnya bisa tahan sudah berapa waktu bukan kanak lagi tapi dulu memang ada suatu bahan yang bukan dasar perhitungan kini hidup hanya menunda kekalahan tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan sebelum pada akhirnya kita menyerah1949Puisi Chairil Anwar – Di MesjidDi MesjidKuseru saja Dia Sehingga datang juga Kami pun bermuka-muka. Seterusnya Ia bernyala-nyala dalam dada. Segala daya memadamkannya Bersimpah peluh diri yang tak bisa diperkudaIni ruang Gelanggang kami berperangBinasa-membinasa Satu menista lain Mei 1943Puisi Chairil Anwar – HukumHukumSaban sore ia lalu depan rumahku Dalam baju tebal abu-abu Seorang jerih memikul. Banyak menangkis pukul. Bungkuk jalannya – Lesu Pucat mukanya – Lesu Orang menyebut satu nama jaya Mengingat kerjanya dan jasaMelecut supaya terus ini padanyaTapi mereka memaling. Ia begitu kurang tenagaPekik di angkasa. Perwira muda Pagi ini menyinar lain masaNanti, kau dinanti-dimengerti!Maret 1943Puisi Chairil Anwar – IsaIsakepada nasrani sejati Itu Tubuh mengucur darah mengucur darahrubuh patahmendampar Tanya aku salah?kulihat Tubuh mengucur darah aku berkaca dalam darahterbayang terang di mata masa bertukar rupa ini segaramengatup lukaaku bersukaItu Tubuh mengucur darah mengucur darah12 November 1943Puisi Chairil Anwar – Jangan Kita Berhenti DisiniJangan Kita Berhenti DisiniJangan kita di sini berhenti. Tuaknya tua, sedikit pula Sedang kita mau berkendi-kendi Terus, terus dulu…!! Ke ruang dimana botol tuak banyak berbaris Pelayannya kita dilayuani gadis-gadis O, bibir merah, selokan mati pertama O, hidup, kau masih ketawa??24 Juli 1943Puisi Chairil Anwar – Kabar Dari LautKabar Dari LautAku memang benar tolol ketika itu, mau pula membikin hubungan dengan kau; lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu, berujuk kembali dengan tujuan biru. Di tubuhku ada luka sekarang, bertambah lebar juga, mengeluar darah, di bekas dulu kau cium nafsu dan garang; lagi aku pun sangat lemah serta menyerah. Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi. Pembatasan cuma tambah menyatukan kenang. Dan tawa gila pada whisky tercermin tenang. Dan kau? Apakah kerjamu sembahyang dan memuji. Atau di antara mereka juga terdampar, Burung mati pagi hari di sisi sangkar?1946Puisi Chairil Anwar – KenanganKenanganuntuk Karinah Moordjono Kadang Di antara jeriji itu-itu saja Mereksmi memberi warna Benda usang dilupa Ah! Tercebar rasanya diri Membumbung tinggi atas kini Sejenak Saja. Halus rapuh ini jalinan kenang Hancur hilang belum dipegang Terhentak Kembali di itu-itu saja Jiwa bertanya Dari buah Hidup kan banyakan jatuh ke tanah? Menyelubung nyesak penyesalan pernah menyia-nyia19 April 1943Puisi Chairil Anwar – Kepada Pelukis AffandiKepada Pelukis AffandiKalau, ku habis-habis kata, tidak lagi berani memasuki rumah sendiri, berdiri di ambang penuh kupak, adalah karena kesementaran segala yang mencap tiap benda, lagi pula terasa mati kan datang merusak. Dan tangan kan kaku, menulis berhenti, kecemasan derita, kecemasan mimpi; berilah aku tempat di menara tinggi, di mana kau sendiri meninggiatas keramaian dunia dan cedera, lagak lahir dan kelancungan cipta, kau memaling dan memuja dan gelap-tertutup jadi terbuka!1946Puisi Chairil Anwar – Kepada Penyair BohangKepada Penyair BohangSuaramu bertanda derita laut tenang… Si Mati ini padaku masih berbicara Karena dia cinta, dimulutnya membusah Dan rindu yang mau memerahi segala Si Mati ini matanya terus bertanya! Kelana tidak bersejarah Berjalan kau terus! Sehingga tidak gelisah Begitu berlumuran darah. Dan duka juga menengadah Melihat gayamu melangkah Mendayu suara patah “Aku saksi!”Bohang, Jauh di dasar jiwamu bertampuk suatu dunia; menguyup rintik satu-Satu Kaca dari dirimu pula…1945Puisi Chairil Anwar – KesabaranKesabaranAku tak bisa tidur Orang ngomong, anjing nggonggong Dunia jauh mengabur Kelam mendinding batu Dihantam suara bertalu-talu Di sebelahnya api dan abu Aku hendak berbicara Suaraku hilang, tenaga terbang Sudah! Tidak jadi apa-apa! Ini dunia enggan disapa, ambil perduli Keras membeku air kali Dan hidup bukan hidup lagi Kuulangi yang dulu kembali Sambil bertutup telinga, berpicing mata Menunggu reda yang mesti tibaMaret 1943Puisi Chairil Anwar – Kita Gunyah LemahKita Gunyah LemahKita gunyah lemah Sekali tetak tentu rebah Segala erang dan jeritan Kita penmdam dalam keseharian Mari tegak merentak Diri-sekeliling kita bentak Ini malam purnama akan menembus Juli 1943Puisi Chairil Anwar – Kupu Malam dan BinikuKupu Malam dan BinikuSambil berselisih lalu mengebu debu. Kupercepat langkah. Tak noleh ke belakang Ngeri ini luka-terbuka sekali lagi terpandang Barah ternganga Melayang ingatan ke biniku Lautan yang belum terduga Biar lebih kami tujuh tahun bersatuBarangkali tak setahuku Ia 1943Puisi Chairil Anwar – Lagu BiasaLagu BiasaDi teras rumah makan kami kini berhadapan Baru berkenalan. Cuma berpandangan Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam Masih saja berpandangan Dalam lakon pertama Orkes meningkah dengan “Carmen” pula. Ia mengerling. Ia ketawa Dan rumput kering terus menyala Ia berkata. Suaranya nyaring tinggi Darahku terhenti berlariKetika orkes memulai “Ave Maria” Kuseret ia ke sana….Maret 1943Puisi Chairil Anwar – Lagu SiulLagi SiulLaron pada mati Terbakar di sumbu lampu Aku juga menemu Ajal di cerlang caya matamu Heran! ini badan yang selama berjaga Habis hangus di api matamu Ku kayak tidak tahu Aku kira Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros Dikutuk-sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta, Tak satu juga pintu baik kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak kan apa-apa, Aku terpanggang tinggal rangka25 November 1945Puisi Kemerdekaan Chairil Anwar – MerdekaMerdekaAku mau bebas dari segala Merdeka Juga dari Ida Pernah Aku percaya pada sumpah dan cinta Menjadi sumsum dan darah Seharian kukunyah-kumamah Sedang meradang Segala kurenggut Ikut bayangTapi kini Hidupku terlalu tenang Selama tidak antara badai Kalah menangAh! Jiwa yang menggapai-gapai Mengapa kalau beranjak dari sini Kucoba dalam Juli 1943Puisi Chairil Anwar – Pemberian TahuPemberian TahuBukan maksudku mau berbagi nasib, nasib adalah kesunyian masing-masing. Kupilih kau dari yang banyak, tapi sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring. Aku pernah ingin benar padamu, Di malam raya, menjadi kanak-kanak kembali, Kita berpeluk ciuman tidak jemu, Rasa tak sanggup kau kulepaskan, Jangan satukan hidupmu dengan hidupku, Aku memang tidak bisa lama bersama Ini juga kutulis di kapal, di laut tidak bernama!1946Puisi Chairil Anwar – PenerimaanPenerimaanKalau kau mau kuterima kau kembali Dengan sepenuh hati Aku masih tetap sendiri Kutahu kau bukan yang dulu lagi Bak kembang sari sudah terbagi Jangan tunduk! Tentang aku dengan beraniKalau kau mau kuterima kau kembali Untukku sendiri tapiSedang dengan cermin aku enggan 1943Puisi Chairil Anwar – PerhitunganPerhitunganBanyak gores belum terputus saja Satu rumah kecil putih dengan lampu merah muda cayaLangit bersih-cerah dan purnama raya… Sudah itu tempatku tak tentu di mana. Sekilap pandangan serupa dua klewang bergeseran Sudah itu berlepasan dengan sedikit heran Hembus kau aku tak perduli, ke Bandung, ke Sukabumi…!?Kini aku meringkih dalam malam Maret 1943Puisi Chairil Anwar – Sajak Buat Basuki ResobowoSajak Buat Basuki ResobowoAdakah jauh perjalanan ini? Cuma selenggang! – coba kalau bisa lebih! Lantas bagaimana? Pada daun gugur tanya sendiri, Dan sama lagu melembut jadi melodi! Apa tinggal jadi tanda mata? Lihat pada betina tidak lagi menengadah Atau bayu sayu, bintang menghilang! Lagi jalan ini berapa lama? Boleh seabad… aduh sekerdip saja! Perjalanan karna apa? Tanya rumah asal yang bisu! Keturunanku yang beku di situ! Ada yang menggamit? Ada yang kehilangan? Ah! Jawab sendiri! – aku terus gelandangan….28 Februari 1947Puisi Chairil Anwar – Selama Bulan Menyinari DadanyaSelama Bulan Menyinari DadanyaSelama bulan menyinari dadanya jadi pualam ranjang padang putih tiada batas sepilah panggil-panggilan antara aku dan mereka yang bertolak Aku bukan lagi si cilik tidak tahu jalan di hadapan berpuluh lorong dan gang menimbang ini tempat terikat pada Ida dan ini ruangan “pas bebas” Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam ranjang padang putih tiada batas sepilah panggil-panggilan antara aku dan mereka yang bertolak Juga ibuku yang berjanji tidak meninggalkan sekoci. Lihat cinta juga luntur Dan aku yang pilih tinjauan mengabur, daun-daun sekitar gugur rumah bersembunyi dalam cemara rindang tinggi pada jendela kaca tiada bayang datang mengambang Gundu, gasing, kuda-kuadaan, kapal-kapalan di zaman kanak, Lihatlah cinta jingga luntur Kalau datang nanti topan ajaib menggulingkan gundu, memutarkan gasing memacu kuda-kudaan, menghempas kapal-kapalan aku sudah lebih dulu Chairil Anwar – Selamat TinggalSelamat Tinggal Perempuan… Aku berkaca Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu – dalam hatiku? – Apa hanya angin lalu? Lagu lain pula Menggelepar tengah malam butaAh…!!Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenalSelamat tinggal…!!!Puisi Chairil Anwar – SemangatSemangatKalau sampai waktuku kutahu tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu! Aku ini binatang jalang Dari kumpulan terbuangBiar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlari BerlariHingga hilang pedih dan aku lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun 1943Puisi Chairil Anwar – SendiriSendiriHidupnya tambah sepi, tambah hampa Malam apa lagi Ia memekik ngeri Dicekik kesunyian kamarnyaIa membenci. Dirinya dari segala Yang minta perempuan untuk kawannya Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama Terkejut ia tertunduk. Siapa memanggil itu? Ah! Lemah lesu ia tersendu Ibu! Ibu!Februari 1943Puisi Chairil Anwar – Sia-siaSia-siaPenghabisan kali itu kau datang Membawaku kembang berkarang Mawar merah dan melati putih Darah dan Suci Kau tebarkan depanku Serta pandang yang memastikan untukmu. Lalu kita sama termangu Saling bertanya apakah ini? Cinta? Kita berdua tak mengerti Sehari kita bersama. Tak hampir-menghampiri Ah! Hatiku yang tak mau memberi Mampus kau dikoyak-koyak 1943Puisi Chairil Anwar – Siap-SediaSiap-Sedia kepada angkatanku Tanganmu nanti tegang kaku, Jantungmu nanti berdebar berhenti, Tubuhmu nanti mengeras batu, Tapi kami sederap mengganti, Terus memahat ini Tugu, Matamu nanti kaca saja, Mulutmu nanti habis bicara, Darahmu nanti mengalir berhenti, Tapi kami sederap mengganti, Terus berdaya ke Masyarakat Jaya. Suaramu nanti diam ditekan, Namamu nanti terbang hilang, Langkahmu nanti enggan ke depan, Tapi kami sederap mengganti, Bersatu maju, ke kami panas selama, Badan kami tertempa baja, Jiwa kami gagah perkasa, Kami akan mewarna di angkasa, Kami pembawa Bahgia kawan Menepis segar angin terasa Lalu menderu menyapu awan Terus menembus surya cahaya Memancar pendar ke penjuru segala Riang menggelombang sawah dan hutanSegala menyala-nyala! Segala menyala-nyala!Kawan, kawan Dan kita bangkit dengan kesedaran Mencucuk menerawang hingga belulang. Kawan, kawan Kita mengayun pedang ke Dunia Terang!1944Puisi Chairil Anwar – SorgaSorgabuat Basuki Resobowo Seperti ibu + nenekku juga tambah ketujuh turunan yang lalu aku minta pula supaya sampai di sorga yang kata Masyumi + Muhammadiyah bersungai susu dan bertabur bidadari beribu Tapi ada suara menimbang dalam diriku, nekat mencemooh Bisakah kiranya berkering dari kuyup laut biru, gamitan dari tiap pelabuhan gimana? Lagi siapa bisa mengatakan pasti di ditu memang memang ada bidari suaranya berat menelan seperti Nina, punya kerlingnya Jati?Malang, 23 Februari 1947Puisi Chairil Anwar – Sudah Dulu LagiSudah Dulu LagiSudah dulu lagi terjadi begini Jari tidak bakal teranjak dari petikan bedil Jangan tanya mengapa jari cari tempat di sini Aku tidak tahu tanggal serta alasan lagi Dan jangan tanya siapa akan menyiapkan liang penghabisan Yang akan terima pusaka kedamaian antara runtuhan menara Sudah dulu lagi, sudah dulu lagi Jari tidak bakal teranjak dari petikan Chairil Anwar – TamanTamanTaman punya kita berdua tak lebar luas, kecil saja satu tak kehilangan lain dalamnya. Bagi kau dan aku cukuplah Taman kembangnya tak berpuluh warna Padang rumputnya tak berbanding permadani halus lembut dipijak kaki. Bagi kita bukan halangan. Karena dalam taman punya berdua Kau kembang, aku kumbang aku kumbang, kau kembang. Kecil, penuh surya taman kita tempat merenggut dari dunia dan nusiaMaret 1943***Demikian kumpulan Puisi Chairil Anwar yang merupakan karya yang luar biasa. Terimakasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat. Jika ingin mendengar dan melihat seperti apa puisi karya Chairil Anwar ini, Anda bisa menontonnya di dan Mari Berkarya!Incoming Termspuisi karya chairil anwarkumpulan puisi chairil anwarpuisi aku karya chairil anwarpuisi cinta chairil anwarmusikalisasi puisi chairil anwarkumpulan puisi pendek chairil anwarpuisi kemerdekaan chairil anwarpuisi diponegoro karya chairil anwarpuisi sumpah pemuda karya chairil anwarpuisi perjuangan chairil anwarpuisi pahlawan kemerdekaan karya chairil anwarSeorang penikmat kopi yang punya banyak mimpi dan sebentar lagi punya istri. Chairil Anwar yang terkenal karena karya-karya sastranya adalah sosok yang melegenda khususnya bagi para pencinta sastra. Chairil dianggap sebagai seorang pelopor Angkatan ’45 yang banyak membuat karya sastra, walaupun semasa hidupnya banyak yang belum sempat diterbitkan. Belajar dari kisah hidupnya yang bisa terbilang sangat singkat, ada banyak hal yang mampu dipetik dari sepenggal perjalanan Chairil dalam dunia kesusastraan. Berikut merupakan kisah Chairil yang mampu membuat orang mengenalnya melalui Dia adalah seorang anak tunggal yang saat masih muda hidupnya sangat dilahirkan pada 26 Juli 1922 dan menghabiskan masa mudanya di Medan, kemudian ia ikut ibunya pindah ke Batavia setelah orangtuanya bercerai. Ia bersekolah di zaman penjajahan Belanda dan hanya menamatkan pendidikan dasar tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di MULO Meer Uitgebreid Lager Onderwijs yang setara dengan tingkat SMP. Sifat dan kemauannya yang keras kerap membuat orang memandang bahwa ia adalah sosok yang terus membara, meluap-luap dan tidak mau Dalam beberpa puisinya, ia banyak bercerita tentang para perempuan yang pernah singgah di hatinya, namun cintanya tak pernah banyak yang dapat dikulik dari kisah hidupnya yang sangat singkat. Akan tetapi, setiap penggemarnya tahu bahwa ia sangat mengagumi sosok Sri Ayati yang ia cintai. Ia kerap menuliskan isi hatinya melalui puisi untuk Sri Ayati Senja di Pelabuhan Kecil.Namun sayangnya ia tidak mampu mengutarakan cintanya hingga Sri Ayati menikah dengan orang lain. Kemudian ia pun menikah dengan Hapsah walaupun tak bertahan lama hingga berujung dengan itu, dalam beberapa karyanya juga disebut beberapa nama perempuan seperti Nyonya N, buat K, Ina Mia, Gadis Rasid dan yang lainnya. Mereka adalah perempuan yang juga pernah singgah di hati seorang Chairil Anwar. Baca Juga 6 Fakta Menarik Voltaire, Sang Filsuf dan Sastrawan Penyuara Keadilan 3. Meninggal di usia yang masih sangat muda yakni 26 tahun, tetapi karyanya abadi hingga memiliki gaya hidup yang semaunya dan tidak terlalu mempedulikan orang. Hingga ia sendiri kemudian merasa kesusahan terutama kesulitan ekonomi. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan perceraiannya dengan tidak teratur dan berantakan hingga di masa mudanya ia terserang berbagai penyakit terutama TBC dan komplikasi. Tak lama kemudian ia pun meninggal dunia dan kepergiannya disaksikan oleh banyak sahabat berpikir dan kedalaman makna dari setiap karyanya membuatnya banyak dikagumi oleh orang. Bahkan hingga kini karyanya telah terbit dan diterjemahkan ke berbagai bahasa asing. 4. Namun di balik sosoknya yang berantakan, dia banyak dicintai oleh para sastrawan di masa itu, termasuk sahabatnya hidupnya ia banyak berkirim surat kepada Jassin sahabat karibnya. Terutama saat menjelang kepergiannya, banyak cerita yang ia utarakan kepada Jassin. Chairil banyak bercerita tentang keadaan jiwanya yang saat itu sedang tersebut yang kemudian menobatkannya menjadi seorang penyair pelopor Angkatan ’45. Jassin adalah seorang kritikus sastra dan juga seorang dosen sastra Indonesia. Termasuk juga karya Chairil Anwar yang ia kritisi sehingga mampu dikenal oleh banyak orang hingga Sapardi Djoko Damono, mengatakan bahwa Chairil Anwar merupakan sosok penyair penting yang memiliki kecerdasan dianggapnya sebagai sosok yang memiliki seperangkat ciri seniman tidak memiliki pekerjaan tetap, suka keluyuran, jorok, selalu kekurangan uang, penyakitan dan tingkah lakunya karyanya yang luar biasa menunjukkan bahwa ia mampu tumbuh dengan sangat cepat, dan raganya juga layu dengan cepat. Ia banyak bergaul dengan sejumlah seniman dalam bidang apa pun sehingga pada zamannya ia paling banyak dikenal di antara Anwar, hidup dalam dunianya yang ia tuangkan dalam goresan-goresan pena. Kini ia benar-benar akan terus hidup seribu tahun lagi di hati setiap pengagumnya. Baca Juga 5 Fakta Tokoh Pers Ani Idrus yang Jadi Sosok Google Doodle Today IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. Pada hari ini, Artikel Kami akan pun memposting salah satu karya sastra yang mengganjur, yaitu cerpen. Setelah pada postingan sebelumnya sudah memposting Cerpen Cinta Romantis. Cerpen ini merupakan karya mulai sejak Herdina Zahra. Cerita singkat tersebut bertemakancerpen persahabatan. Daripada penasaran, sederum tetapi dibaca selengkapnya di bawah ini. Cerpen Perkawanan – Waktu yang Kutunggu Tepat 10 tahun yang lalu detik Lisa berusia 3 masa orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Mobil nan di kendarai tiba-berangkat rem nya blong dan akhrinya masuk jurang. Di n domestik mobil itu hanya Lisa yang selamat. Lisa kecil diasuh oleh kakek dan neneknya di desa. Setiap harinya dia mendukung kakek dan neneknya membuat roti. Beliau tumbuh menjadi pemudi nan cantik. Ia dikenal dengan merek si amoi roti. Seperti biasa ia sadar pagi untuk membentuk roti. Sebelum itu dia tak lupa menciptakan menjadikan rezeki buat bibit buwit dan neneknya. Saat kamu mewujudkan roti untuk di jual, cikal bakal dan nenek nya menghindari ke tipar bagi bercocok tanam. Membentuk roti sudah menjadi hobi Lisa dan semua menyukainya. Tidak seperti roti umumnya, roti artifisial Lisa sejenis itu disukai dan terkenal dengan rasanya yang enak. Entah seperti suka-suka bumbu daya didalamnya. Saat nya buat mengungkapkan toko roti. belum sekali lagi toko dibuka sudah lalu banyak nan mengantri diluar sana. Lisa sangat senang karna banyak yang mengesir roti buatannya. Disamping itu anda berpikir untuk membuka kedai dikota. Tak lupa engkau buat memberitahukan rencananya itu kepada bibit buwit dan neneknya. Hari sudah gelap saatnya ia membereskan semua dan buru-buru menutup toko. Malam itu Lisa berniat memberitahukan apa nan ia rencanakan kepada kakek dan neneknya. Radu bersantap malam Lisa pun memulai perundingan. “ Kek, Nek ada yang cak hendak Lisa sampaikan. Lisa ingin sekali menelanjangi kedai dikota”. Seketika suasana menjadi senyap. “Awalnya Lisa hanya berpikir dalam-dalam begitu saja, tapi takdirnya di pikir-pikir juga ada untungnya, Lisa ingin roti buatan Lisa semakin banyak dikenal orang, bukan tetapi warga di desa ini saja. “Segala apa engkau yakin?” pertanyaan kakek. “Lisa optimistis Kek, Lisa sudah merencanakan ini sejak lama.” “Tapi, bagaimana cara mengungkapkan kedai disana, sedangkan kita saja belum pernah ke kota”. Seketika Lisa terkelu dan terlintas di sumsum nya cak bagi ke kota dan melihat keadaan disana. “Kek,Nek Lisa berniat bagi ke daerah tingkat besok”. “Bagaiman dengan tokonya? Kelihatannya yang akan menjual roti?”. Tanya Nini. “Jangan tergesa-gesa pikirkan dengan matang, tidak semudah itu mewujudkan kedai disana”. “Tapi Kek apa salahnya kita mencoba, ini juga demi usaha roti kita agar lebih berkembang lagi”. Lisa mengepas mengklarifikasi barang apa yang suka-suka dibenaknya tetapi Poyang dan Neneknya tetap tidak begitu yakin dengan keputusan Lisa. Keesokan harinya Lisa sudah berambisi bikin pergi kekota, beliau berpamitan kepada Bibit buwit dan Neneknya. Apalah daya Poyang dan Neneknya hanya dapat berdoa bagi cucu suatu-satunya tersebut. Lisasaat itu hanya bermodalkan telepon genggam dan beberapa uang. Entah segala apa yang dia rencanakan, anda begitu bersemangat. Sementara itu dia belum tahu suasana dikota itu seperti mana apa. Baca Juga Cerpen Ayah Berhati Segara Pasca- menempuh perjalanan sejauh 4 jam Lisa alhasil sebatas di ii kabupaten. Ia seperti itu kebingungan dengan suasana bau kencur di kota yang sejenis itu ramai penduduknya. Banyak sekali yang engkau jumpai di ii kabupaten nan tak ada di desa nya. Awalnya engkau keresahan entah ia mau kemana, sampai kesudahannya engkau tidak sadar bahwa dompetnya dicuri oleh seseorang. “Astaga dompetku, kemana ya hilangnya? Apakah ketinggalan di intern angkutan”. Ia bergegas bagi mencari dompetnya semata-mata tidak ketemu kembali. Ia sekali lagi bertanya kepada supir angkot tersebut. “Pak, apakah kiai melihat kantong berwarna merah mudah di dalam angkot ini?”. “Wah saya tidak tahu neng, sepertinya neng kecopetan deh,membedabedakan neng di sini memang banyak sekali pencopet”. Mendadak tubuh Lisa lemas lain bertenaga. Tidak ada uang sepersen pun ia pegang. Lisa lagi enggak luang harus kemana dan dia lain tahu bagaimana caranya kerjakan kembali ke desa, sementara dompetnya hilang di curi. Hanya ada cerih sepotong roti yang ia bawa bermula desa. Ia pun menangis merasa bersalah karna tidak mendengarkan ujar-ujar Kakek dan Neneknya. Sepertinya Lisa harus berlatih tidak grusa-grusu dalam mengamalkan sesuatu. Hari sudah lalu semakin gelap kamu segera mencari bekas buat tidur sementara. Lain disangka musim itu juga turun hujan yang cukup baplang. Saat ia berlari mencari wadah bagi berteduh, engkau tak menyibuk cak semau mobil melaju kencangyang hampir sahaja menabraknya. Untung saja mobil itu buru-buru nangkring dan hampir saja menghantam tubuh Lisa. Akhirnya pemilik mobil itu jatuh dan memarahi Lisa ketika itu juga. “Hey ia, jikalau jalan itu lihat-lihat dong, intim aja aku nabrak kamu.” “Izin-pembebasan Mas saya ngak tahu, sekali kembali saya harap pemaafan”. “Yaudah minggir sana jangan ditengah jalan”. Mobil itu akhirnya melaju dengan kencangnya meninggalkan Lisa. Ia berteduh di teras depan kedai dan menangis kebingungan entah apa yang harus ia lakukan. Sebatas keesokan harinya pemilik kedai itu membangunkannya. “Maaf mbak, kedainya mau saya buka”. Engkau pun terbangun. “Oh iya mbak, maaf saya sudah lalu menumpang tidur disini”. “Iya mbak enggak barang apa-segala”.. “Memangnya mbak tidak punya kancah tinggal?”. Tanya empunya kedai tersebut. “Saya berpunca desa teteh, saat setakat di sini saya kecurian dan saya bukan memegang komisi sepersen pun, saya tidak bisa menghubungi keluarga saya di desa, apalagi saya belum luang keadaan di kota.” “Astaga kasihan sekali, jadi mbak disini sendirian?”. Cerpen Lainnya Cerpen Singkat Pertemanan “Iya embok, saya bukan senggang harus bagaimana caranya pula ke desa”. “Pertama-tama Perkenalkan nama saya Cewek, kebetulan sekali saya pula berburu pegawai di kedai saya, jika yunda berperhatian saya bisa mempekerjakan mbak hari ini kembali, lumayan uni bakal biaya kembali ke desa”. “Nama saya Lisa mbok, doyan boleh bersabung dengan uni Perempuan, memangnya mbak Pemudi membutuhkan karyawan bakal barang apa?”. “Saya punya kedai roti boncel-kecilan” serempak menunjuk kedai yang ada di depan nya. Lisa yunior tahu seandainya palagan ia tidur semalam merupakan kedai roti. “Wah kebetulan sekali mbak saya di desa sekali lagi takhlik dan lego roti”. “Bagus deh kalau seperti itu, silahkan bekerja mulai hari ini”. “Songsong hidayah mbak, syukur banyak”. Pertemuan nya dengan Dara mengapalkan pamrih besar untuk rencananya. Untung sekadar ia antuk dengan orang baik seperti Putri. Tahun itu Lisa suntuk bahagia dapat bertemu dengan Perempuan pemilik kedai roti itu. 1 minggu beliau bekerja disana sudah lalu banyak pengunjungyang terpikat bagi melawat dan membeli roti buatannya. Sepertinya bukan di desa sahaja, roti sintetis Lisa n domestik waktu hitungan waktu sudah menjadi tenar di ii kabupaten tersebut. “Waduh sukar sekali kedai ini gempita seperti ini, engkau memang hebat Pigura”. “Iya mbok, saya jadi bangun toko roti saya nan suka-suka di desa”. “Besok kamu tutup kedai ini lebih tadinya ya, saya mau ajak kamu kerumah saya bagi makan lilin batik”. Lisa pun mengiyakan nya. Malam pun tiba, seperti yang telah di janjikan, Perawan dan Lisa akan makan lilin batik bersama. Sesampainya di apartemen Amoi, Lisa terkagum-kagum melihat seisi kondominium nan mumbung dengan barang-barang berada. Putri pun membawa Lisa ke kamar tamu. “ Jikalau mau bersiram kamar mandi nya terserah di sana, setelah itu kamu jatuh untuk makan malam, oh iya ganti pakaian kamu juga, busana nya ada di lemari situ yah”. Lisa kembali menganggut “Iya mbak”. Selesai mandi Lisa pun drop untuk makan lilin batik. Putri mempersilahkan Lisa cak bagi duduk “Silahkan duduk”. Lisa melihat di meja itu banyak sekali lambung yang terjejer rapi. Kalau di desa seperti kenduri tadinya perian. Saat di paruh-tengah makan malam, terdengar celaan mobil ikut barang bawaan. “Tentu itu Radit”. “Sebentar ya Bingkai”. “Kali Radit itu ya, apa mungkin kekasihnya?” gumam Lisa internal lever. “Radit ini Lisa, karyawan baru mbuk yang hubungan taci ceritain”. Lisa pun berbalik arah dan meluluk sosok adam yang bernama Radit itu. “Lisa, ini Radit adik kandung saya”. Tahu-tahu sahaja Lisa teringat dengan wajah nan familiar itu. “Kamu!, kamu kan cewek yang waktu itu di paruh urut-urutan”. Tiba-tiba saja pernyataan Radit membuat Putri kakak nya terheran-heran. “Kamu mutakadim interelasi bertemu dia?”. “Iya kak, ini cewek nan pertautan aku ceritain tahun itu ke taci nan hampir aja aku tabrak”. “Maaf mas waktu itu turun hujan lebat saya gak liat ada oto di depan saya”. “Sudah lalu-sudah kenapa harus di ributkan, nan terpenting cerek kalian baik-baik aja, yuk makan, ini sudah disiapin semua”. Ajak Gadis bikin menenangkan suasana. Untung saja ada Putri nan mencoba meredakan emosi Radit, bisa jadi Radit akan terus saja memarahi Lisa. Radu bersantap malam Upik pun bertanya kepada Lisa. “Birai, kapan tulang beragangan nya kamu akan kembali ke desa?”. “Saya akan juga ke desa besok uni, mutakadim 1 minggu saya disini, mana tahu Kakek sama Nenek saya terlampau khawatir waktu ini”. “Yasudah besok saya sama Radit akan mengantar kamu juga ke desa, saya pula penasaran sama toko roti yang terserah di desa engkau”. “Iya mbak, terimakasih banyak mutakadim menolong saya dan memberi saya tempat tinggal di sini”. Akan datang harinya Putri dan Radit mengantar Lisa untuk juga ke desa. Pasca- menuntut ganti rugi pertualangan kurang makin 3 jam dengan oto hasilnya mereka pun sampai. Momen itu pun Kakek dan Neneknya habis gembira melihat cucu tersayangnya itu sudah kembali pulang. Betapa khawatirnya Kakek dan Neneknya itu sepanjang 1 minggu ini tidak ada maklumat dari si cucu. “Kek,Nek ini mbak Kuntum sama mas Radit yang telah menolong Lisa di kota selama ini”. “Peroleh kasih ya telah menolong cucu kami”. “Iya Kek kebetulan kami setara-sama membuka usaha roti”. Perbincangan mereka tak berhenti di telaga saja. Mereka saling berganti cerita adapun suasana di desa dan di kota. Setelah plong berbincang-bincang Lisa mengajak Putri beserta Radit ke toko roti miliknya. “Dimana toko roti milikmu Lis?”. “Yuk yunda ikut saya”. Toko roti milik Lisakurang lebih 100 meter tidak jauh dari rumahnya. Sesampainya di lokasi, Putri membantu Lisa mengungkapkan toko di bantu dengan Radit. Tentatif Lisa menyiapkan segala apa kebutuhan untuk membuat roti. Ia sudah ribang dengan hobinya itu dan tidak panjang usus untuk menjualnya. Seketika terpikir di manah Nona bikin menjalin kerja seperti mana Lisa. “Eh Pigura sehabis aku pikir-pikir kalau kita mengadakan kerja sama cak bagi manuver roti ini, bagaimana menurutmu?”. Lisa masih keheranan. Putri pula menjelaskan lebih detail lagi. “Begini loh Lis, supaya kampanye roti kita makin berkembang lagi, aku mau mengadakan kerja ekuivalen denganmu. Roti buatan mu bisa di jual di kedai ku juga. Siapa tahu sira bisa membuka kedai roti di ii kabupaten seperti impianmu itu”. Lisa pula terdiam dan nanang sejenak. “Iya pula ya ayuk, ada bagusnya kembali ide mbak Putri”. Tidak berpikir panjang Lisa pula menyetujui nya. “Baiklah saya setuju”. Kerja sejajar itu akhirnya mereka berdua sepakati. Akibatnya Kerja keras Lisa sepanjang ini membuahkan hasil. Baiklah, setelah membacacerpen pertemanan tersebut kesan apa yang terngiang di hati sobat? Silakan cak bagi memberikan tanggapan, kritik, dan saran pada kolom komentar yang sudah disediakan. Sampai jumpa. Sampai saat ini masih banyak yang penasaran dengan fakta dan profil Chairil Anwar adalah penyair Angkatan '45 yang terkenal dengan puisinya yang berjudul "Aku".Berkat puisinya itu, Chairil Anwar memiliki julukan 'Si Binatang Jalang'.Ia telah melahirkan berbagai karya sastra yang fenomenal yang menjadi idola bagi sastrawan-sastrawan terkemuka simak profil Chairil Anwar di bawah ini Moms!Baca Juga Keputihan Setelah Haid, Apakah Wajar? Ini Penyebab dan Cara MengatasinyaProfil Chairil AnwarFoto profil chairil anwar 1 Profil Chairil Anwar profil Chairil AnwarNama Chairil AnwarLahir Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922Wafat Jakarta, 28 April 1949Orang Tua Toeloes ayah, Saleha ibuIstri Hapsah WiraredjaAnak Evawani AlissaPekerjaan PenyairPendidikan Hollandsch-Inlandsche School HIS; Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULOJumlah Karya Chairil Anwar 96 karya, termasuk 70 PuisiPenghargaanBhagasasi Award dari pengurus Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi BKMBBekasi Award itu, sebagai salah satu bentuk kepedulian dan perhatian dari pengurus DKB terhadap hasil karya besar Chairil AnwarBaca Juga Profil Julianto Eka Putra, Pendiri Sekolah yang Jadi Tersangka Kekerasan Seksual Anak Sekolah!Fakta Menarik Chairil AnwarFoto profil chairil anwar 3 Fakta Menarik Chairil Anwar mengetahui profil Chairil Anwar, Moms juga harus tahu fakta menarik yang bisa dijadikan dari kisah hidupnya yang bisa terbilang sangat singkat, ada banyak hal yang mampu dipetik dari sepenggal perjalanan Chairil dalam dunia fakta menarik tentang Chairil Anwar1. Masa Pendidikan Chairil AnwarChairil mengenyam pendidikan di sebuah sekolah dasar khusus orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda, Hollandsch-Inlandsche School HIS.Selepasnya, ia meneruskan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO, sebuah sekolah menengah pertama pada masa kolonial usia 18 tahun, ia tak lagi bersekolah. Meski berhenti dari sekolah, ia dapat menguasai beberapa bahasa asing, seperti Inggris, Belanda, dan menghabiskan waktunya untuk membaca karya-karya pengarang internasional ternama, sepertiRainer Maria Rilke, Archibald MacLeishHendrik MarsmanJ. SlaurhoffEdgar du Perron2. Pindah ke JakartaChairil Anwar dibesarkan dalam keluarga bisa dikatakan cukup tuanya memilih bercerai setelah itu ayahnya menikah perceraian kedua orang tuanya, Chairil Anwar mengikuti ibunya ke Jakarta setelah pendidikan SMA nya selesai. Ibunya adalah wanita kedua yang paling ia bercerai, Ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya selama tinggal di usia 19 tahun, Chairil Anwar sudah tidak melanjutkan Juga 10 Fakta Kasus PS Glow dan MS Glow, Shandy Purnamasari Tak Terima dan Akan Ajukan Kasasi3. Menjadi Seorang PenyairChairil Anwar lebih memilih menjadi seorang seniman atau penyair. Dalam sebuah literatur biografi Chairil Anwar yang ditulis oleh Tinuk Yampolsky berjudul Chairil Anwar Poet of a Generation’, dikatakan bahwa ia menguasai bahasa Inggris, Belanda, dan waktunya banyak dihabiskan dengan membaca karya-karya pengarang Internasional pertama Chairil Anwar berjudul Nisan’ dimuat pada tahun 1942 saat berusia 20 namanya mulai dikenal. Kebanyakan puisinya merujuk kepada puisi Chairil Anwar ketika itu sangat bagus namun majalah Pandji Pustaka pernah menolak memuat puisinya karena lebih bersifat Individualistis. Walaupun ditolak, Chairil Anwar tetap produktif dalam menghasilkan puluhan karya-karya Jepang berkuasa di Indonesia, Ia kemudian bekerja sebagai seorang penyiar radio ia jatuh hati pada seorang wanita bernama Sri Kepopuleran Puisi AkuPuisi berjudul Aku merupakan karya Chairil Anwar yang paling dikenal pertama kali dibacakan pada Juli 1943 di Pusat Kebudayaan Jakarta oleh Chairil Jassin, pelopor Dokumenter Sastra Indonesia dalam dokumenternya mengatakan bahwa puisi Aku diterbitkan dengan judul Semangat untuk menghindari penyensoran dan menyebarkan gerakan saat itu, profil Chairil Anwar selalu dicari oleh Juga Profil Inez Gonzales, Dancer Asal Jogja yang Diduga Dihamili Sirajuddin!5. Menikah Dengan Hapsah WiraredjaChairil Anwar menikah dengan Hapsah Wiraredja yang pada tanggal 6 agustus pernikahannya tersebut, Chairil Anwar mempunyai seorang anak bernama Evawani pernikahannya tersebut dengan hanya berlangsung sekitar dua tahun Anwar bercerai dengan istrinya pada tahun Wafat di Usia MudaChairil memiliki gaya hidup yang semaunya dan tidak terlalu memedulikan omongan ia sendiri kemudian merasa kesusahan terutama kesulitan itulah yang menjadi salah satu alasan perceraiannya dengan tidak teratur dan berantakan hingga di masa mudanya ia terserang berbagai penyakit terutama TBC dan lama kemudian ia pun meninggal dunia dan kepergiannya disaksikan oleh banyak sahabat Anwar dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, berpikir dan kedalaman makna dari setiap karyanya membuatnya banyak dikagumi oleh hingga kini karyanya telah terbit dan diterjemahkan ke berbagai bahasa asing. 7. Karya Chairil AnwarSelama hidupnya, Chairil Anwar menghasilkan sastra tak kurang dari 90 karya dimana 70 diantaranya termasuk karya sastranya pun mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi karya Chairil Anwar yang sangat terkenal berjudul Karawang Bekasi dan Juga Apa Saja Bilangan Prima? Ini Deretan Angka dan Contoh SoalnyaItu dia Moms profil Chairil Anwar serta fakta menariknya. Semoga bermanfaat ya!

cerpen terkenal karya chairil anwar